Shalawat Kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam, Makna dan Keutamaannya

Oleh Ust. Abu Yusuf Sujono

Sesungguhnya shalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam memiliki kedudukan yang tinggi di dalam hati setiap muslim, dan bershalawat merupakan bagian dari perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-oRadhiyallahu ‘anhung yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab: 56)

Ibnu Katsir berkata, “Maksud dari ayat ini adalah, bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan kepada para hamba-Nya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di sisi Nya dan di sisi pada maklhuk yang tinggi (Malaikat). Dan bahwasanya Allah memuji beliau di hadapan para malaikat Nya dan para malaikat pun bershalawat kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan penduduk bumi untuk bershalawat dan mengucapkan salam kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam, supaya berkumpul pujian terhadap beliau dari penghuni dua alam, alam atas (langit) dan alam bawah (bumi) secara bersama-sama.” (Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 hal 514)

Makna Shalawat Kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam
Abu ‘Aliyah berkata, “Shalawat Allah atas Nabi adalah pujian Nya kepada beliau di hadapan para malaikat Nya, shalawat malaikat kepada beliau adalah doa (maksudnya: bahwa para malaikat memohon kepada Allah tambahan dari pujian Allah kepada Nabi).”

Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Mereka bershalawat, maksudnya adalah mereka mendoakan untuk beliau keberkahan.” (Shahih al Bukhari Kitab Tafsir bab: 10)

Ibnu Qoyyim berkata, “Makna shalawat Allah atas Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam adalah pujian Nya terhadap Rasulullah atas nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam adalah pujian Nya terhadap Rasulullah saw dan penjagaan Nya terhadap beliau, penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau. Dan shalawat kita kepada Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam adalah kita memohon kepada allah tambahan di dalam pujian Nya kepada Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa Sallam dan penampakkan kemuliaan, keutamaan dan kehormatan beliau serta kedekatan beliau kepada Allah.” (Jalaa’ul Afhaam, hal 261-262)

Hukum Shalawat Kepada Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam
Shalawat terhadap nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam adalah wajib atas setiap muslim, baligh (dewasa menurut kacamatan agama) dan berakal, sekali seumur hidup. Adapun selain itu (selain shalawat yang sekali) adalah sunnah yang dianjurkan. (asy Syifaa, oleh al Qadhi’Iyadh jilid 2 hal 62)

Keutamaan Shalawat Kepada Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam
Banyak sekali hadits yang menjelaskan tentang keutamaan bershalawat kepada nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam, di antaranya :
  • Dari Abu Hurairah, seusungguhnya Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa yang bershalawat kepadaku satu shalawat, Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh.” (HR. Muslim, hadits no. 408)
  • Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa saja yang bershalawat kepadaku sepuluh kali di waktu pagi dan sore, maka dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat.” (Hadits hasan, Shahih al Jami oleh Al Albani hadits no. 6357)

Peringatan Terhadap Orang yang Meninggalkan Shalawat Secara Sengaja
Imam at Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Terhinalah seseorang yang namaku disebut di sisinya, tetapi dia tidak bersholawat kepadaku.” (hadits shahih, Shahih at Tirmidzi no. 2870)

Beliau juga meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah suatu kaum duduk di sebuah majelis, yang mereka tidak menyebut nama Allah di dalamnya dan juga tidak bershalawat kepada Nabi Nya, kecuali hal itu menjadi kerugian dan penyesalan, maka kalau Allah menghendaki Dia akan menadzabnya dan apabila menghendaki Dia akan mengampuni mereka.” (Hadits shahih, Shahih at Tirmidzi no. 2691)

Bentuk Shalawat Kepada Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam
Di antara bentuk shalawat kepada nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam yang paling shahih, yaitu : Ays Syaikhain (al Bukhari dan Muslim) meriwayatkan dari Ka’ab bin Ujrah ra, Rasululullah Shallallhu ‘alaihi wa Sallam keluar kepada kami, maka kami berkata, “Wahai Rasullah Shallallhu ‘alaihi wa Sallam, kami telah mengetahi, bagaimana mengucapkan salam kepada engkau. Maka bagaimana kami bershalawat kepada engkau?” Beliau berkata, “Ucapkanlah oleh kalian:

Waktu-waktu yang Disunnahkan Untuk Mengucapkan Shalawat
Para ulama menyebutkan ada waktu-waktu dan kondisi-kondisi yang disunnahkan untuk bershalawat, dan mungkin secara singkat penjelasan sebagai disunnahkan untuk bershalawat, dan mungkin secara singkat penjelasannya sebagai berikut :
  1. Setelah mendengar dan mengikuti ucapan muadzin ketika adzan.
  2. Ketika masuk dan keluar masjid.
  3. Setelah tasyahud (tahiyat) akhir di dalam shalat.
  4. Setelah doa qunut.
  5. Di dalam shalat jenazah setelah takbir yang kedua.
  6. Sebelum dan setelah berdoa.
  7. Ketika berkhutbah Jum’at, Ied, Istisqa, dan lain-lain (khusus bagi khatib).
  8. Ketika disebut nama beliau Shallallhu ‘alaihi wa Sallam.
  9. Ketika berada di Shafa dan Marwah sebagai orang yang telah haji dan umrah.
  10. Hari Jum’at.
  11. Ketika pagi dan sore.
  12. Ketika menutup sebuah majelis atau pertemuan (taklim, kajian, pelajaran, dll).
  13. Ketika menyampaikan pelajaran dan ketika selesainya.
  14. Di antara takbir-takbir dalam shalat Ied (Asy Syifaa, oleh al Qadhi “iyadh dan Jalaaul Afham).

Buah Shalawat Kepada Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam
Imam Ibnu Qayyim menyebutkan secara garis besar tentang buah dari shalawat kepada nabi, di antaranya :
  1. Shalawat termasuk bentuk ketaatan kepada Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam.
  2. Sebab untuk mendapatkan kebaikan, dinaikkan derajat dan penghapusan dosa.
  3. Mendapat syafaat beliau pada hari kiamat.
  4. Sebab untuk mendapatkan kedekatan dengan nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam dan penghapusan dosa.
  5. Sebab shalawat (doa) Allah dan mailaikat kepada kita.
  6. Sebab dikabulnya doa.
  7. Sebab pengampunan dosa dan pengusiran kegundahan.
  8. Sebab untuk mengapatkan majelis yang baik (berkah).
  9. Menghindarkan sifat bakhil dari orang yang bershalawat.
  10. Sebab untuk melanggengkan dan meningkatkan cinta kita kepada Nabi Shallallhu ‘alaihi wa Sallam.
  11. Terkadang di dalamnya syukur, dan pengakuan terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.
  12. Sebab untuk mendapatkan berkah bagi jiwa, umur dan amalannya dan sebab kebaikannya (Jalaaul Afham hal 612-626).

Diterjemahkan dari fadhlu ash Shalah ‘ala an Nabi oleh Dr. Thariq Suwaidan

0 komentar:

Posting Komentar